Senin, 24 November 2008

Sebatik, Setelah Setahun Krisis Ambalat


Suasana di Pasar Batu Tawao Sabah Malaysia, disinilah produk pertanian tradisional dari Pulau Sebatik dipasarkan.  Komoditi yang paling banyak seperti pisang, sayur-sayuran, buah-buahan serta hasil kebun lainnya seperti tandan buah kelapa sawit juga ada.


Penumpang berebut masuk di Speed Boat jurusan Pelabuhan Tarakan.  Disampingnya adalah kapal penumpang kecil jurusan Tawao Malaysia.  Rata-rata sekitar 1.000 orang keluar atau masuk ke Tawao dari Nunukan.  Ini adalah kesibukan setiap harinya Pelabuhan Tunon Taka di Nunukan

Perahu motor yang melayani penyeberangan penumpang dari Sedadap (Pulau Nunukan) ke Mantikas (Pulau Sebatik).  Tarifnya per orang Rp 15.000, alau charter Rp 50.000,- per rit, tapi kadang tergantung negosiasinya.

Suasana kampung Mantikas Desa Setabu di Pulau Sebatik

Peta Kabupaten Nunukan.  Pulau Nunukan ada di sebelah kanan, Pulau Sebatik terpotong sebagian masuk ke wilayah Sabah Malaysia

Sebatik, Setelah Setahun Krisis Ambalat

Senin, 11 Desember 2006 | 02:23 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Sambil mengepulkan asap kreteknya, Marzuki mengamati bagan-bagan yang ada di tengah laut Sulawesi, perbatasan antara Kalimantan Timur dengan Sabah, Malaysia. Di samudera itu, hidupnya bergantung. “Cuma ini keahlian kami,” kata kakek enam cucu itu, Rabu (29/11) lalu di pelabuhan desa Tanjungkarang, Sebatik, Nunukan.

Bagi dia dan Anier, kawan seperantauan dari Bone, Sulawesi Selatan, keberuntungan besar bila mendapat 20 kilogram ikan sekali melaut. Sebab, sejak 2000, saat Malaysia mengizinkan nelayannya menggunakan troll, penghasilan sekitar 300 nelayan di Sebatik langsung anjlok. “Dulu bisa 60 kilo sekali melaut,” kata Anier.

Troll mampu meraup banyak sekali hasil, lantaran bisa menembus kedalaman laut hingga 20 meter. Sementara, pukat yang biasa dipakai nelayan Sebatik, cuma 10 meter. Di bawah kedalaman itulah, ikan teri, makanan favorit warga Malaysia biasa hidup. “Harga teri paling mahal, bisa 7-8 ringgit Malaysia per kilo,” kata Marzuki.

Ringgit, adalah alat tukar yang biasa dipakai penduduk Sebatik dalam bertransaksi bisnis. Di Tawau, Sabah, “pedagang grosir” ikan menunggu nelayan Sebatik menjual dagangannya.

Di Tawau juga semua kebutuhan penduduk Sebatik dipenuhi. Mulai dari popok bayi sampai minuman ringan. Penduduk Sebatik pun bisa kapan saja ke Tawau. “Tinggal minta cap camat Sebatik Barat atau bupati (Nunukan) beres,” kata Kaharuddin, staf humas Kabupaten Nunukan.

Tapi, kehidupan nelayan Sebatik dan Tawau berbeda jauh. Kalau di perbatasan Malaysia itu, para nelayan diperhatikan ketersediaan alat produksinya, seperti bensin dan oli serta alat tangkapnya. Nelayan Indonesia harus membeli oli produksi Petronas seharga 27 ringgit per empat kilo. Bensinnya memang masih Pertamina, tapi harga seliter Premium hampir Rp 7000.

Tingginya harga itu lantaran pasokan masih berasal dari Nunukan dan Balikpapan, dua kota terdekat dari Sebatik. Sebab, Depo Pertamina yang dibangun di Sungai Nyamuk sejak dua tahun lalu tak kunjung rampung.
Pertamina sendiri bukan tak ingin memasok langsung agar nelayan bisa menghemat Rp 2.000 – 3.000 ribu untuk membeli bensin. Namun jika itu dilakukan, menurut seorang pejabat Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), “Potensi untuk diselundupkan ke Malaysia amat besar.”

Sebatik merupakan satu pulau di utara Nunukan Timur yang terbagi dua. Separuh pulau di sebelah utara merupakan bagian Sabah Malaysia, dan di selatan masuk wilayah Indonesia. Pemerintah melalui DKP telah membentuk Tim Kelompok Kerja Pembangunan Kelautan dan Perikanan Terpadu Lintas Sektor untuk Membangun Pulau Sebatik. Tim ini melibatkan 18 departemen, antara lain Departemen Dalam Negeri, Pekerjaan Umum, Energi dan Sumberdaya Mineral, Perindustrian, Perdagangan, Pertahanan, Perhubungan, dan Kementerian Perumahan Rakyat.

Niat membangun Sebatik tak lepas dari keputusan Mahkamah Internasional pada 2002 yang memberikan dua pulau di Laut Sulawesi, Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia. Belakangan, negeri jiran itu kembali mengklaim blok Ambalat yang hanya sejarak sekitar 5 mil laut dari Pulau Sebatik, berdasarkan peta laut buatan mereka pada tahun 1979.

Untuk menunjukkan dukungan politik, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pernah mengunjungi Sebatik dan Nunukan, serta Blok Ambalat yang sedang dipersengketakan pada 7 Maret 2005. Namun, pasca kunjungan itu belum ada perubahan signifikan di Sebatik. "Masih sama," kata Marzuki.

Dua pekan lalu, 27 pejabat dari 11 departemen terkait mengunjungi Sebatik. Kunjungan tersebut, kata Sekretaris Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil, Ali Supardan, agar masing - masing sektor sinergis membangun Sebatik, sebagai pintu gerbang Indonesia dari Malaysia.

Bila dibandingkan dengan Tawau yang hanya berjarak lima mil laut, kondisi Sebatik amat kontras. Melalui teropong, terlihat aktivitas pesisir pantai Malaysia itu layaknya kota metropolitan. Crobong asap pabrik makanan ringan dari cokelat tampak mengepul. Juga berderet kompleks perumahan dan rumah susun, serta mall.

Sebaliknya untuk Sebatik, lima departemen telah menganggarkan dana pembangunan sebesar Rp 52 miliar pada 2007. Sedangkan 13 departemen lainnya belum selesai menghitung anggaran yang akan dikucurkan untuk membangun masa depan di Pulau Sebatik hingga 2009. Yophiandi

2 komentar:

yazid mengatakan...

Salam kepada tuan pengarang,

Sangat menarik membaca artikel tuan ini. Secara umumnya saya perpendapat penduduk yg mendiami sempadan antara Malaysia dan Indonesia terutamanya dari deaerah Tawau, Sebatik tidak terlalu peduli tentang pergeseran ambalat. Kehidupan adalah seperti biasa. Persaudaraan adalah masih kuat cuma terpisah oleh semapadan antara 2 negara. Malah di semenanjung Malaysia juga terdapat ramai rakan2 saya dari Nunukan yg mencari rezeki.

master togel mengatakan...

KISAH NYATA..............
Ass.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.

KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!

((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))

Pesugihan Instant 10 MILYAR
Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :

Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
dll

Syarat :

Usia Minimal 21 Tahun
Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda

Proses :

Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
Harus siap mental lahir dan batin
Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
Pada malam hari tidak boleh tidur

Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :

Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
Ayam cemani : 2jt
Minyak Songolangit : 2jt
bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt

Prosedur Daftar Ritual ini :

Kirim Foto anda
Kirim Data sesuai KTP

Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR

Kirim ke nomor ini : 085320279333
SMS Anda akan Kami balas secepatnya

Maaf Program ini TERBATAS .