Rabu, 08 Oktober 2008

Orang Biasa Juga Bisa Jadi Pahlawan

Orang Biasa Juga Bisa Jadi Pahlawan

Setelah penjajah pergi, setelah Bangsa Indonesia ini, diproklamasikan kemerdekaannya tahun 1945 yang lalu, setelah Soekarno, Mohamad Hatta, Sudirman, dan ratusan nama lain telah ditetapkan menjadi Pahlawan nasional, masihkah kita memerlukan pahlawan?

Pengertian Pahlawan Nasional sendiri adalah orang yang berjasa kepada Negara Republik Indonesia serta mereka yang berjuang dalam proses kemerdekaan, sampai dengan 10 November 2006, tercatat telah ada 138 tokoh yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. (Wikipedia).

Menjadi pahlawan nasional memang tidak mudah, berikut ini kriteria seorang calon pahlawan nasional:

Pertama
, Warga Negara Republik Indonesia yang telah meninggal dunia dan semasa hidupnya telah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai/merebut/mempertahankan/mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Calon juga telah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara dan telah menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Kedua
, Pengabdian dan perjuangan yang dilakukannya berlangsung hampir sepanjang hidupnya (tidak sesaat) dan melebihi tugas yang diembannya.

Ketiga,
Perjuangan yang dilakukannya mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.

Keempat,
Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan/nasionalisme yang tinggi.

Kelima
, Memiliki akhlak dan moral keagamaan yang tinggi.

Keenam,
Tidak pernah menyerah pada lawan/musuh dalam perjuangan.

Ketujuh,
Dalam riwayat hidupnya tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dapat merusak nilai perjuangannya. (Nina Lubis, PR/10/11/06).

Pahlawan nasional yang berasal dari Banten sendiri, hanya ada satu, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa, lahir di Banten pada 1631 dan mangkat pada 1692. Beliau dimakamkan di perkarangan Masjid Banten. Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada tahun 1651-1682.

Tentu saja nama-nama besar yang dianggap sebagai pahlawan itu, tidak akan menjadi pahlawan bila tidak ada orang yang mendukungnya, Soekarno tidak akan menjadi pahlawan bila tidak didukung oleh rakyat yang berjuang meneteskan darah dan air mata berperang melawan penjajah, Sultan Ageng Tirtayasa tidak akan bisa berjuang bila tidak didukung oleh prajurit-prajuritnya. Rakyat dan prajurit itu juga jangan dilupakan, pahlawan juga.

Selain, pahlawan nasional pemerintah juga membuka peluang untuk diangkat sebagai perintis kemerdekaan, atau pejuang yang dikelompokan dalam beberapa kategori, diantaranya Pejuang PETA, Pejuang ’45, dan Pejuang Perang Kemerdekaan I dan II. Setelah masa kemerdekaan ada Pejuang Trikora dan Dwikora, Pejuang Seroja (masalah Timor Timur), dan jenis pejuang baru yaitu: untuk pemilik prestasi dalam bidang profesi tertentu, atau pejuang di bidang tertentu (lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, olah raga, dan budaya). (Nina Lubis, PR/10/11/06)

Diluar konteks itu, kita juga mempunyai pahlawan-pahlawan, di Banten misalnya banyak yang menganggap bahwa Ahmad Chotib residen pertama di Banten yang berasal dari Kiai, K.H Wasid Cilegon, dan sederet nama-nama lain, sebagai pahlawan. Orang-orang yang memperjuangkan pembentukan Provinsi Banten, juga dianggap sebagai pahlawan pembentukan Provinsi Banten.
Selain tingkat daerah, masing-masing kelompok malah individu juga mempunyai pahlawannya masing-masing.

Kita juga mengenal guru pahlawan tanpa jasa, TKI pahlawan devisa, dan lain-lain. Seorang suami atau istri yang setia, bekerja keras, adalah pahlawan bagi keluarganya.
Presiden Susilo Bambang Yudoyono setahun lalu, dalam esainya di Majalah Time menulis The Making of A Hero, definisi pahalwan menurut SBY seperti dikutif oleh Chusnan Maghribi untuk Suara Merdeka (10/11/06)

"Heroes are selfless peoples who perform extraordinary acts. The mark of heroes is not necessarily the result of their action, but what they are willing to do for other and for their chosen cause. Even if they fail, their determination lives on for others to follow. Their glory lies not in the achievement, but in the sacrifice." (Susilo Bambang Yudhoyono, Time, 10 Oktober 2005, hal 58).

Pahlawan adalah orang (biasa) yang tidak egois dan berbuat sesuatu yang luar biasa. Penghormatan kepada pahlawan tidak harus selalu dilihat hasilnya. Bahkan jika gagal sekalipun, kemauan kerasnya untuk berbuat sesuatu untuk orang lain akan terus dikenang. Jadi, kebesaran seorang pahlawan tidak diukur dari hasil yang dicapai, melainkan kesediaannya berkorban untuk sesamanya.

Bila mengacu pada pernyataan SBY walaupun banyak pihak memandang, bahwa pernyataan itu sangat kental bernuansa politis, tapi, setidaknya SBY mempunyai pemahaman pahlawan bisa muncul dari mana saja, bisa dari kalangan apa saja.

Ditengah centang perentangnya, persoalan-persoalan yang terjadi, kita bukan hanya membutuhkan orang-orang yang dianggap luar biasa, untuk melakukan kegiatan yang luar biasa, tapi juga orang yang dianggap biasa untuk melakukan hal yang luar biasa.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang hidup pas-pasan, tapi, bisa menahan diri untuk tidak menyalahgunakan kewenanganannya. Petani dengan lahan sawah yang tidak terlalu luas, membanting tulang untuk menyekolahkan anak-anaknya, pemuda yang membuka usaha sehingga beberapa pengangguran direkrut untuk bekerja, pahlawan juga bisa muncul dari lembaga kepolisian, polisi yang menjalankan tugasnya dengan profesional menegakan aturan, tidak mau disogok sana-sini, jadi pahlawan bisa muncul dari mana-mana.

Jadi siapapun, bisa menjadi pahlawan, tergantung kita mau menjadi pahlawan atau tidak, mau menjadi teladan atau tidak, yang jelas bangsa ini termasuk Provinsi Banten sedang menghadapi setumpuk persoalan, mulai kemiskinan, pengangguran, korupsi, kolusi, dan seabrek persoalan lain. Kita membutuhkan dan bisa menjadi pahlawan, berbuat sesuatu untuk keluarga, tetangga, lingkungan, bersama-sama menyelamatkan bangsa.  Serang, 26/10
sumber :  
http://ginanjarhambali.blogspot.com/2007/10/orang-biasa-juga-bisa-jadi-pahlawan.html


Tidak ada komentar: